about me I

Minggu, 30 Agustus 2009

Spiritual Capital versi Danah Zohar


Suatu hari, mungkin seorang kawan berbicara kepada Anda dengan semangat '45. "Ada bisnis bagus ! Modalnya cuma 200 rebu ! Tapi bisa menghasilkan uang jutaan seminggu ...! bisa beli beberapa kapling biar untungnya lebih "dahsyat" ! Kalo beli 7 kapling ... hasilnya lebih Rrrrurrr Biasaa !! "

Jika anda bertemu dengan orang seperti ini. Pejamkan mata sesaat ...(berdoalah kepada Tuhan agar terlindung dari segala kejahatan ) .. tarik nafas panjang ....hembuskan pelan-pelan .. kemudian tersenyum ... dan katakan "Terima kasih, saya sedang ada pekerjaan lain dan saya tidak punya waktu untuk mendengar lebih banyak. Permisi "

Tak pelak, kawan itu tengah terbuai dalam praktek MLM Abal - abal. Sedang berusaha merekrut member baru dengan menebar impian dan harapan yang belum tentu dapat ia penuhi - bahkan - mungkin ia sendiri sedang dalam keadaan tidak sadar mengenai apa yang ia lakukan. Maafkan saja. Dan berdoalah kepada Tuhan agar sang kawan segera "kembali ke jalan yang lurus".

Boleh-boleh saja Anda mendengarkan presentasi kawan itu kalau anda tak kuasa untuk menolaknya (nddak enak hati) . Cuma, hati-hati. Karena, TERBUKTI ada saja lembaga yang mengaku menjalankan bisnis MLM meski pada kenyataannya itu semua sekadar kamuflase dari suatu tindak penipuan.Suatu kamuflase dari suatu tindak permainan uang "money game", dimana meskipun mereka menyebut beberapa produk, ya itu tadi ... produk tidak lebih dari sekedar kamuflase belaka. Topeng doang.

''Tak ada yang lebih buruk daripada monster yang memangsa dirinya sendiri.'' Inilah gambaran dunia yang terperangkap Kapitalisme Barat yang dilontarkan Prof Dr Danah Zohar.


Pakar Spiritual Quotient (SQ) yang mendapat gelar sarjana bidang Fisika dan Filsafat dari Massachusetts Institute of Technology (MIT, 1966) dan Doktor di bidang Filsafat, Psikologi, dan Agama dari Harvard University Graduate Spiritual Capitalhool (1969) ini telah menghasilkan beberapa buku best-sellers, seperti The Quantum Self, The Quantum Society, Who's Afraid of Spiritual Capitalhr dinger's Cat? ReWiring the Corporate Brain. Sebelum buku terakhir, Spiritual Capital, ia merilis SQ-Spiritual Intelligence, The Ultimate Intelligence sebuah buku yang mengubah paradigma dunia tentang konsep kecerdasan, setelah Daniel Goleman yang memperkenalkan konsep kecerdasan emosi (EQ)

Prinsip Kapitalisme Kontemporer banyak diadopsi oleh banyak leader MLM abal - abal di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia . Prinsip ini telah menjebak sekian banyak leader MLM abal - abal ke dalam sebuah perburuan keuntungan kompetitif yang kejam, yang mengabaikan nilai moral dan kemanusiaan ( yang penting gue kaya ! Yang penting gue makmur ! Mari kita jingkrak-jingkrak di samping Mercy ... biarkan ribuan member melihat, terpesona sampai air liur mereka bercucuran .. ... matanya liar, sorotnya nanar dan berteriak " RRRUAAAR BIAAASSSA !" )

Praktek MLM seperti ini telah membuat sekian banyak member jatuh dalam kenistaan dan kemiskinan serta sekian banyak kerugian material dan spiritual.dunia MLM yang carut marut seperti yang kita rasakan saat ini. Jelas, inilah yang dimaksud dengan ''monster yang memangsa dirinya sendiri''. Inilah yang merusak sekian banyak MLM "beneran". Pepatah bilang : "Krena nila sebelanga, rusak susu segelas ". (Abis perbandingan MLM abal-abal jauh lebih banyak dibanding MLM Beneran ... :-(

Pada kasus ini, sekian banyak leader MLM abal - abal sama sekali tidak menjaga upaya keberlanjutan yang seharusnya menjadi tanggungjawab setiap praktisi MLM. Kapitalisme semacam inilah yang telah melahirkan ketidakmerataan yang terus meningkat dalam distribusi kekayaan. Pada MLM abal-abal terlihat perbedaan yang sangat mencolok antara kehidupan para "top leader" dengan para membernya.

Pandangan yang berasumsi bahwa manusia semata-mata adalah makhluk ekonomi yang hidup demi menghasilkan uang, telah menimbulkan `stres' dan kelelahan yang luarbiasa di pihak ''pemenang'' yang menjalankan sistem. Ia telah menumbuhsuburkan kesenjangan antara "top Leader" dan sekian banyak member yang tetap miskin, hal ini mendorong sekian banyak member yang "masih miskin" bermigrasi ke sekian banyak MLM "lain" yang menjanjikan sistem yang "lebih mudah".Kemudian pada akhirnya "kesenjangan ini" JUSTRU dimanfaatkan oleh oknum - oknum manusia bejat yang mendirikan bisnis Money Game yang berkedok MLM. Alih - alih mendapat "MLM yang lebih mudah", sekian banyak member yang "frustasi" ini ibarat "Keluar dari mulut harimau untuk kemudian masuk ke mulut Srigala" ...

Lalu apakah sebenarnya penyebab dari carut marutnya kondisi MLM di Indonesia ? Faktor pencetus utama permasalahan tersebut adalah ketiadaan makna (meaning) yang menyertai bisnis usaha berjenjang yang di "impor" dari Barat Ini.. Ketakbermaknaan inilah pemicu utama penularan penyakit di dunia maju saat ini. Di antaranya depresi, keletihan, sindrom kepenatan yang kronis, . Inilah yang disebut penyakit spiritual (Spiritual Pathology). (Saya kenal dengan beberapa praktisi MLM yang bicaranya "Mercy ... Rumah mewah ... uang milyar ..Mercy... Rumah mewah ..uang milyar...meskipun sudah 10 tahun ber MLM ria dan tidak mendapat semua itu ... ia tetap menemui sekian banyak orang untuk berbicara tentang Mercy ... Rumah mewah ... uang milyar ..Mercy... Rumah mewah ..uang milyar.)

Hal ini didukung oleh Hierarki Piramida Kebutuhan Abraham Maslow. Danah memaparkan bahwa pada 1959, studi terkenal dari Frederick Herzberg tentang hal yang memotivasi orang untuk bekerja, membuktikan kekeliruan yang fundamental pada Piramida Maslow. Betapa tidak, piramida lima tingkat milik Maslow--yaitu kebutuhan lapis pertama ''Kecukupan Fisiologis'', disusul dengan jenjang-jenjang berikutnya yaitu ''Keselamatan dan Keamanan'', ''Keterlibatan dan Hubungan Sosial'', ''Harga Diri'' dan ''Aktualisasi Diri''--sesungguhnya hanya menjadikan seseorang cenderung berkutat pada tingkat pertama (pemenuhan kebutuhan fisik) yang berujung pada ketamakan belaka, dan sedikit sekali yang mampu mencapai tingkat aktualisasi diri yang mengandung pemaknaan hidup. Namun apabila piramida ini dibalik, kebutuhan utamanya menjadi kebutuhan untuk ''Aktualisasi Diri''. , maka akan dengan sendirinya kebutuhan dasar tadi tercukupi.

Inilah jawaban dari `adakah jalan lain' itu. Spiritual Capital menawarkan sebuah paradigma baru yang sangat relevan dengan dunia MLM , yaitu ber MLM ria dengan visi bisnis yang tidak sekadar menaruh perhatian pada materi keduniawian belaka. Spiritual Capitals mencitrakan bisnis sebagai sebuah panggilan hidup, bisnis yang berorientasi pada pelayanan dan nilai.

Seorang Leader MLM yang saya kagumi pernah berpesan kepada saya : " Focuslah untuk melayani dan memberi jangan pertanyakan apa yang akan engkau dapat, fokuslah pada apa yang bisa engkau berikan ... karena Tuhan maha melihat ... karena "kalkulator" Nya tak akan pernah salah"

Mari kita ber MLM ria dengan semangat untuk melayani.

Semoga bermanfaat.

Putu Djajadiwangsa.
Blog Master : http://www.likalikumlm.blogspot.com
putudjajadiwangsa@gmail.com E-mail
+62 817 42 1691 SMS