about me I

Sabtu, 27 Februari 2010

Manfaat Emosional ...


Teknologi Informasi telah menjadi bagian kehidupan sehari - hari. Alamat e-mail, Web dan nomor handphone selalu tertera di setiap kartu nama. Tekhnologi Informasi tidak hanya membuat hubungan antar manusia menjadi semakin personal, namun juga semakin EMOSIONAL.

DAHULU KALA ...

Satu nomor telepon dipakai rame-rame...

SAAT INI ...

Satu orang bisa memiliki beberapa nomor handphone dan beberapa alamat email ... :-)

DAHULU KALA ...

kata "INTERNET" diasosiasikan sebagai sebuah teknologi yang rumit dan hanya dimengerti oleh "ahli komputer" ...

HARI INI ...

Anak SD Pun sudah bisa chatting, sharing musik, photo dan "curhat" lewat Internet. Bahkan anak SD Pun sudah banyak yang memiliki situs pribadi !

Perkembangan teknologi telah menghilangkan hambatan jarak dan waktu. Semua ekspresi EMOSIONAL dapat diungkapkan dengan biaya yang lebih murah dan mudah.

Mengungkapkan Cinta, Marah, Sedih dan Bahagia bisa dengan mudah dilampiaskan lewat SMS !

***

APA RELEVANSINYA DENGAN DUNIA MLM (Multi Level Marketing) ?

Tentu saja sangat relevan. Sebagai praktisi MLM kita tidak bisa hanya menjual 'mimpi dan harapan' yang tidak jelas juntrungannya. Karena ketika hal itu tidak TERBUKTI, maka para member akan TERBAKAR emosinya dan akan MENCERITAKAN kekecewaan mereka dan mengekspresikan kekecewaan itu lewat berbagai media ; SMS, facebook, twitter, email, YM bahkan mereka rela membuat situs untuk MELUAPKAN emosi mereka ... :-O

Tentu saja sangat relevan. Sebagai praktisi MLM kita tidak cukup hanya menawarkan "kecanggihan" dari sebuah PRODUK, namun juga ditantang untuk MEMBERI MANFAAT EMOSIONAL yang LEBIH TINGGI dari suatu produk yang kita tawarkan.

Jika seorang praktisi MLM memiliki produk ANTI AGING, Maka yang harus dilakukan tidak cukup hanya dengan sekedar menawarkan produk layaknya menjajakan rokok di atas bus kota. Tidak hanya sebatas menjual slogan "Tua itu PASTI, AWET MUDA itu pilihan" ... Manfaat EMOSIONAL produk Anti Aging bisa juga diekspresikan dengan cara yang sangat sederhana antara lain :

" Setelah memakai produk ini, ISTRI saya menjadi tampak lebih cantik dan saya semakin sayang padanya ... "

"Ibu saya sampai menangis haru ketika mendapati wajahnya kembali tampak muda seperti 10 tahun yang lalu !"

"Tadinya saya tidak peduli pada perawatan wajah, namun anak saya bilang : 'wajahnya dirawat dong, biar nggak malu kalau jalan bareng ...' Setelah beberapa saat memakai produk ini, anak saya bilang pada saya : " Tahu nggak ? Masa kita dikira kakak beradik !" ;-)

MANFAAT EMOSIONAL.....

Prospek kita jauh lebih senang dengan suatu produk yang kita tawarkan dengan pendekatan pemasaran yang LEBIH EMOSIONAL dibanding hanya menonjolkan "kecanggihan" nya.

Prospek kita lebih senang "didekati" dengan sentuhan personal dibanding hanya mendengar sekian banyak 'rayuan klasik dan generik' yang sering diucapkan oleh seorang penjual obat kaki lima yang bercerita dengan semangat '45 tentang "keajaiban produk" dengan suara nyaris tanpa jeda, kepada sekian banyak orang yang mengelilinginya.

Sebagai distributor PRODUK yang didistribusikan dengan sistem Multi Level, kita harus memiliki pengetahuan tentang sejauh mana sebuah produk dapat MERESPON gaya hidup target market kita.

Untuk mampu menjual produk, kita harus memiliki mental lebih dari mental seorang 'sales man' ... kita ditantang untuk mampu menjadi seorang "Personal Consultant" yang bisa memberi SOLUSI pada prospek untuk dapat MENGEKSPRESIKAN EMOSI nya ...

Jika hal ini bisa dilewati, urusan harga tidak lagi menjadi nomor satu.

Manfaatkan perkembangan tekhnologi informasi untuk mengembangkan bisnis MLM dengan sentuhan PERSONAL dan dengan mengedepankan manfaat EMOSIONAL pada calon prospek Anda.

Semoga Bermanfaat.

Putu Djajadiwangsa
putudjajadiwangsa@gmail.com
+62 817 42 1691
http://www.likalikumlm.blogspot.com

Jumat, 26 Februari 2010

Tekhnologi Informasi dan MLM


Teknologi Informasi telah membawa perubahan yang signifikan dalam berbagai bidang kehidupan tidak terkecuali dalam bidang MLM (Multi Level Marketing).

"DAHULU KALA", sekian banyak leader nyaris benar-benar menggantungkan kelangsungan bisnis MLM dengan cara membuat sekian banyak pertemuan kolosal yang TERBUKTI mampu memicu EMOSI sekian ribu member untuk "berteriak", "bersorak-sorai", "Bertepuk tangan", "Tertawa", "Tersenyum", bahkan mengucurkan air mata dalam selang waktu yang berdekatan. Para leader MLM itu menerapkan pendekatan yang sangat emosional dalam menawarkan konsep bisnis MLM dan hal ini pernah terbukti sangat "mujarab" dimana kemudian sekian ribu member terbakar emosinya dan dengan semangat '45 mereka melakukan prospecting di lapangan, mengajak saudara, sahabat dan handai taulan untuk ber MLM ria.

Seiring dengan perkembangan Internet, SMS, MMS, Koran, TV, Radio yang "membombardir" dengan sekian banyak informasi, sekian banyak pelaku MLM kemudian mendapat "pencerahan" dari berbagai sumber informasi yang dengan sangat mudah bisa mereka dapatkan. Efeknya sangat JELAS : Para pelaku MLM ini kemudian dengan cepat belajar dan semakin cerdas, mereka memiliki sekian banyak referensi dan informasi berkenaan dengan dunia MLM dan ..... sebagian dari mereka bisa dengan cepat BERPINDAH dari satu MLM ke MLM lain yang dipandang lebih baik, lebih cocok, lebih menguntungkan, lebih gampang .....akibatnya ..... sekian banyak leader MLM yang terbiasa menggunakan "pertemuan kolosal" tidak mudah lagi untuk membangkitkan emosi para membernya karena mereka sudah mulai kritis dan tidak bisa begitu saja menerima "petuah" dari para Leader mereka.

Dengan perkembangan teknologi Informasi, budaya "banyak bicara" kemudian bergeser pada budaya "menulis". Kini orang sangat akrab dengan SMS, Internet, YM, Google Talk, Chatting, Facebook, Twitter, ... dan ternyata, disamping mereka mendapatkan sekian banyak informasi yang memperkaya wawasan mereka, orang - orang yang sudah terbiasa hidup dengan handphone dan internet ternyata berevolusi menjadi manusia yang sangat emosional ! Mereka tertawa - tertawa sendiri di depan komputer, pada detik selanjutnya mereka bisa tiba-tiba sedih karena mendapat berita duka via SMS, namun dalam detik berikutnya tersenyum sendiri saat chating dengan teman dekat, dan pada detik berikutnya lagi bisa tertawa terbahak-bahak (sendirian !) karena mendapat e-mail yang berisi cerita yang sangat lucu. Perkembangan teknologi informasi membuat EMOSI seseorang berubah-rubah dalam tempo yang cepat !

Sebagai praktisi MLM tentu saja kita tidak mau ketinggalan dalam "menangkap" peluang ini. Kita tentu saja dapat memanfaatkan SMS, Email, YM, Twitter, Facebook, Google Talk ... untuk mengembangkan jaringan kita ke seluruh dunia hanya dengan duduk di depan komputer dan memegang handphone ! Inilah salah satu sebab mengapa INTERNET NETWORK MARKETING sangat menarik untuk ditekuni :-)

Kalau pada jaman "PURBAKALA" para leader MLM hanya sibuk jingkrak-jingkrak di atas panggung dan harus memeras keringat untuk "membakar" emosi sekian ribu member selama ber jam - jam dengan berbicara tentang "ini - itu" dengan suara lantang di atas mimbar, maka pada SAAT INI jangankan mencari member baru dalam ber MLM ria, akan tetapi mencari teman, mencari jodoh, mencari rumah, mencari mobil, mencari pekerjaan sudah menjadi hal yang umum dilakukan lewat SMS atau instant messenger ! Secara pribadi saya saat ini TELAH memiliki sekian banyak mitra kerja dalam ber MLM ria yang menyebar di sekian pulau hanya dengan berinternet ria ! Menyenangkan sekali neh ... ;-) ( Hidup Internet ! Hidup SMS ! )

Kita sedang berbicara tentang PRILAKU PROSPEK. Pada jaman "PURBAKALA", sekian banyak prospek harus "digiring" agar mau ikut "pertemuan" (kadang sedikit 'dipaksa' ;-) ), Kemudian ... di dalam pertemuan itu, beberapa leader melakukan "atraksi" di atas panggung yang membuat sekian ribu member dan prospek merasa sedih, gembira, kagum, bersemangat, berteriak, bertepuk tangan, .... dan sesekali serentak bangkit dari tempat duduk, mengacungkan kepalan tangan dan berteriak dengan lantang : "Rrrrruarrrrrr Biaassaaaaa ..... !!!"

HARI INI memang masih banyak pelaku MLM yang masih memakai "clasic menu" seperti "itu", namun sudah banyak pula yang lebih menyukai pendekatan tekhnologi untuk "memacu" emosional prospek secara bebas, mudah, murah dan praktis. Lagipula, mengekspresikan perasaan (emosi) memang merupakan KEBUTUHAN dasar manusia. :-)

Dalam konteks ini, sebagai praktisi MLM kita ditantang untuk pandai menggabungkan kecanggihan tekhnologi dengan memasukkan muatan - muatan emosi. Itu sebabnya pada saat chatting, SMS - an, kita sering menyisipkan EMOTICONS.

Tidak hanya dalam dunia MLM, dalam dunia Marketing konvensionalpun pada FAKTUALnya proses pengambilan keputusan oleh prospek memang didasarkan pada pertimbangan EMOSIONAL.

Bisnis MLM (sebagaimana bisnis - bisnis yang lainnya) sangat syarat dengan nuansa EMOSIONAL. Sebagai praktisi MLM kita ditantang untuk mampu melakukan "mood management" secara sistematis dan berkesinambungan.

Kita tahu, Prospek kita semakin cerdas dan semakin RASIONAL, namun sejalan dengan pesatnya perkembangan tekhnologi informasi, pada FAKTUALNYA mereka juga semakin EMOSIONAL dalam mengambil keputusan. Kita tentu saja tidak dapat menawarkan suatu PRODUK atau PELUANG BISNIS sebagus apapun kepada seorang prospek yang sedang "BAD MOOD". ;-)

PROSPEK kita kini semakin CERDAS dan sudah terbiasa dengan email, SMS, Internat, MMS, YM .... sehingga mereka memiliki wawasan yang relatif semakin luas dari waktu ke waktu. Pendekatan "KOLOSAL" seperti yang dilakukan oleh para leader MLM di jaman "PURBAKALA" tentu saja tidak cukup. Prospek kita juga "menuntut" pendekatan yang lebih PERSONAL. Pendekatan EMOSIONAL dengan media yang mudah, murah dan praktis.

Sebagai praktisi MLM yang ingin mengembangkan bisnis MLM, tentu saja kita tidak akan melewatkan MOMENTUM ini. Kita tidak akan menyia-nyiakan SMS, MMS, E-mail, YM, Chatting, Website, Blog, ... Kita AKAN MENGOPTIMALKAN semua itu untuk membangun bisnis ini. Untuk SUKSES dalam ber MLM ria.

Semoga Bermanfaat.

Putu Djajadiwangsa
putudjajadiwangsa@gmail.com
+62 817 42 1691
http://www.likalikumlm.blogspot.com

Sabtu, 20 Februari 2010

MLM dan Nasi Goreng


Pada prinsipnya, setiap orang bisa membuat nasi goreng. Semua orang tentu saja bisa menggoreng nasi.

Pada prinsipnya, setiap orang bisa ber MLM ria (Menjalankan usaha dalam bidang Multi Level Marketing ). Semua orang tentu saja memiliki kemampuan "alami" dalam bidang marketing.

Dalam konteks ini, saya berpendapat bahwa pada dasarnya MLM itu adalah SAMA . Dalam konteks ini saya berpendapat bahwa Pada dasarnya nasi goreng itu adalah sama : Nasi ... digoreng !

***

Semua orang pada dasarnya bisa menggoreng nasi. Namun MESKIPUN nasinya sama, minyak gorengnya sama, bumbunya sama, akan tetapi dari 10 orang yang membuat nasi goreng BELUM TENTU menghasilkan nasi goreng yang memiliki RASA yang sama.

Sebagai praktisi MLM (Multi Level Marketing), tugas kita tentu saja bukan sekedar "menggoreng nasi", namun lebih dari itu, tugas kita adalah juga membuat nasi goreng yang memiliki rasa yang enak sehingga bisa dimakan dengan nikmat dan bisa MEMENUHI SELERA pelanggan.

***

Semua orang pada dasarnya bisa menggoreng nasi, namun , tidak setiap orang bisa berhasil untuk menjadi pengusaha nasi goreng.

Semua orang pada dasarnya BOLEH ber MLM ria, namun , tidak setiap orang bisa berhasil menjadi "Networker" yang sukses dan sejahtera.

Tidak ada jaminan bagi siapapun untuk BERHASIL dalam bidang apapun. Yang harus dilakukan hanyalah BERUSAHA sebaik mungkin, terus berjuang, terus berbuat LEBIH BAIK dan terus berdoa untuk dapat meraih keberhasilan itu.

Tidak ada masalah apakah hasil akhirnya "sukses" atau "gagal". Karena KEBERHASILAN YANG SESUNGGUHNYA adalah suatu kondisi dimana manusia tidak berhenti untuk terus berjuang, tidak berhenti untuk terus berbuat lebih baik dari waktu ke waktu, tidak berhenti untuk senantiasa BERDOA.

Semua orang pada dasarnya bisa menggoreng nasi. Masalahnya kemudian adalah bagaimana bisa membuat nasi goreng dengan rasa yang disukai oleh banyak orang :-)


Tetaplah BERJUANG
Tetaplah BERBUAT lebih BAIK
Tetaplah BERDOA.

Semoga Bermanfaat.

Putu Djajadiwangsa
putudjajadiwangsa@gmail.com
+62 817 42 1691
http://www.likalikumlm.blogspot.com

Kamis, 11 Februari 2010

Menjadi Bukan Memiliki


Tidak sedikit orang yang menyalahkan pihak lain atas kegagalan yang diderita. Tidak terkecuali dalam dunia Multi Level Marketing. Pokoknya yang salah itu up –line. Pokoknya yang salah itu company. Pokoknya marketing plan nya jelek. Pokoknya saya gagal karena dia, karena ini, karena itu. Selalu mencari “sesuatu” untuk disalahkan.
Jika berpandangan bahwa kegagalan disebabkan oleh pihak lain, oleh orang lain, oleh company, oleh up line, maka kita telah menggantungkan keberhasilan kita pada orang lain. Pola pikir seperti ini mengakibatkan seseorang berpandangan bahwa keberhasilan dirinya HARUS disebabkan oleh orang lain dan oleh karena itu maka jika dirinya menghadapi suatu kegagalan maka yang salah pastilah orang lain. Cara berpikir yang seperti ini tentu saja kurang tepat.


Sebagai praktisi MLM kita tidak bisa berharap bahwa orang lain akan “jumpalitan” dan rela melakukan apa saja untuk kesuksesan kita. Lupakan pikiran seperti itu, kalau masih memiliki harapan seperti itu, saya khawatir nanti akan kecewa.


Keberhasilan harus disebabkan oleh diri kita sendiri dengan cara melakukan apa yang bisa kita lakukan untuk membuat orang lain berhasil. Karena satu-satunya cara agar kita berhasil di bisnis ini adalah dengan cara membantu orang lain untuk berhasil.
Dalam dunia MLM, kita tidak perlu khawatir meskipun tidak ada seorangpun dari up-line kita yang mau dan mampu membantu kita untuk sukses di bisnis ini, karena keberhasilan kita tidak ditentukan oleh seberapa hebat dan seberapa banyak up-line yang membantu kita, namun, keberhasilan kita dalam ber MLM ria ditentukan oleh seberapa besar komitmen kita untuk membantu orang – orang yang berada di jaringan kita .


Kita tentu saja berharap untuk dapat mencapai kehidupan yang lebih baik diantaranya dengan cara ber MLM ria, dan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik itu, satu – satunya cara yang harus kita lakukan adalah dengan TETAP BERBUAT BAIK. Bagaimana bisa kita berharap tentang sebuah kehidupan yang lebih baik jika kita tidak melakukan perbuatan yang baik ?


Kita tidak akan bisa meraih KEBAIKAN dengan cara – cara yang buruk. Kita tidak akan meraih keberhasilan besar yang diidam-idamkan jika kita masih dikhawatirkan oleh masalah – masalah yang kecil, memikirkan hal-hal yang kecil dan melakukan hal-hal yang kecil.

Berhasil itu adalah MENJADI Bukan memiliki.

GAGAL itu bukan sebuah kondisi dimana kita tidak berhasil MEMILIKI sesuatu. Gagal itu adalah sebuah kondisi dimana kita berhenti berjuang, berhenti berbuat baik, dan berhenti untuk tetap berharap (berdoa).




Tetaplah BERJUANG
Tetaplah BERBUAT lebih BAIK
Tetaplah BERDOA.

Semoga Bermanfaat.

Putu Djajadiwangsa
putudjajadiwangsa@gmail.com
+62 817 42 1691
http://www.likalikumlm.blogspot.com

Senin, 08 Februari 2010

To Be …


MENJADI (to be ) adalah sebuah proses yang membutuhkan ACTION. Dalam konteks MLM, seorang praktisi MLM tidak hanya diam lalu tiba – tiba menjadi ‘top leader’ dengan bonus puluhan – ratusan juta per bulan.

Selain ACTION, paradigma kita untuk ‘menjadi sesuatu’ itu juga harus dipikirkan dan dipertanyakan kembali. Seperti yang dialami oleh sekian banyak praktisi MLM yang merasa bahwa individu – individu yang berada di dalam jaringannya adalah kepunyaan mereka dan memiliki kuasa penuh untuk MENJADIKAN para member yang berada di jaringannya seperti apa yang mereka inginkan.


Tulisan ini lahir dari sebuah pemahaman yang sangat sederhana dalam upaya mengantarkan para sahabat kita yang tergabung di jaringan kita untuk MENJADI sesuatu. Menjadi orang ‘sukses’ dalam ber MLM ria tidak selalu harus berarti menjadi orang yang kaya raya. MENJADI orang kaya tidak selalu harus berarti MEMILIKI sekian banyak harta yang tidak habis untuk tujuh turunan.


Di lapangan, saya banyak menemukan sekian banyak orang yang ber MLM ria bukan karena sekedar ingin kaya raya. Ada yang ber MLM ria karena ‘tidak enak menolak ajakan teman’, ada yang ber MLM ria karena ‘ingin punya teman’, ada yang ber MLM ria karena sudah bosan luntang – lantung nddak karuan, melamar kerja tidak punya ijasah, mau usaha tidak ada modal, jadilah ia ber MLM ria. Dan banyak lagi sekian banyak alasan MENGAPA seseorang ber MLM ria selain karena alasan UANG.


Dari pengalaman yang dialami, saya mendapatkan sekian banyak member MLM ‘baru’ yang pada tahap – tahap awal masuk dalam fase ‘asbun’ (Asal bunyi). Mereka dengan mudahnya berteriak “Go Diamond !”, “See You on the top !”, bla .. bla.bla … namun semua itu (pada fase awal) ternyata tidak lebih dari ekspresi keinginan mereka (setelah ikut seminar ‘sukses’) yang sesuai dengan frame of experience mereka yang masih bisa dibilang ‘baru’ mengenal MLM. Jadi, mau menjadi apapun pada fase ini, mau ‘teriak’ “Luarrr biasaaa!” 1000 kali sehari, mau mimpi ‘mercy’ 7 kali sehari, hal ini adalah wajar dan biasa. (Asal jangan keterusan …)


Banyak sahabat saya yang ikut MLM hanya karena melihat sekian banyak leader pamer-pamer harta dan mengumbar sekian banyak janji dan harapan di atas panggung. Melihat ‘pameran’ itu, sekian banyak sahabat kemudian dengan semangat ’45 tertarik untuk langsung ber MLM ria. (Sebuah alasan yang sangat dangkal dan sangat amat tidak rasional).


Hal yang biasa saya lakukan untuk menolong sahabat-sahabat kita yang sedang terjangkit penyakit ‘demam MLM” dan “mabok Mercy” adalah dengan memberi pengertian secara aktif bahwa posisi seperti itu bukan posisi yang bisa dicapai oleh semua orang (Meskipun tentu saja setiap orang MUNGKIN untuk meraihnya). Mereka sering mengutip buku Robert T, Kyosaki tanpa pernah membaca bahwa di sampul depan jelas – jelas Kyosaki sendiri mereferensikan MLM untuk beberapa hal yang sangat bermanfaat SELAIN UANG. (Jadi, sebaiknya jangan berbicara tentang buku Kyosaki kalau belum punya atau belum membaca bukunya … ;-) )


Mengarahkan jaringan yang kita miliki untuk menjadi ‘Diamond’ atau menjadi ‘top leader’ jelas bukan sesuatu hal yang tabu. Dalam konteks tertentu hal ini malah ‘wajib’ untuk dilakukan, namun tetap dengan metode yang baik dan benar serta dilakukan dengan mempertimbangkan aspek kondisional ( Jangan sampai kita meminta abang beca ‘tutup poin’ 500 ribu sebulan dengan iming-iming akan ‘kaya raya’ suatu saat ‘nanti’’ padahal si abang beca ini buat makan sehari – haripun masih kesulitan. )


Mengarahkan jaringan untuk memiliki cita – cita MENJADI top leader, menjadi orang yang mapan secara ekonomi tentu saja tidak salah. Hanya saja sejak dini harus ditanamkan makna sesungguhnya bahwa dengan menjadi ‘top leader’, seseorang bisa menolong sekian banyak orang – orang yang dicintainya, bisa membantu sesama dengan harta yang dimiliki. Bukan malah setelah menjadi ‘top leader’ ahlaknya jadi nddak karuan. Senang foya – foya, senang pamer harta, senang mengumbar janji dan harapan yang belum tentu dapat dipenuhi.


Mendidik jaringan adalah kewajiban seorang praktisi MLM tanpa harus merasa ‘lebih hebat’ dan ‘lebih tahu’, karena salah satu cara BELAJAR yang paling baik adalah dengan cara mengajar.

Mengarahkan jaringan untuk “MENJADI” bukanlah sebuah kekeliruan. Akan tetapi JUSTRU merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang leader. Yang harus dihindari adalah suatu kondisi dimana seorang leader memiliki OBSESI untuk menentukan apa yang ‘boleh’ dan ‘tidak boleh’ dilakukan oleh para membernya.


BERIKAN kebebasan dan kesempatan bagi member untuk mengeksplorasi segala kemampuan UNIK yang ada pada diri mereka masing-masing. Bukan sekedar teriak – teriak di atas panggung tentang “Ikuti saja sistemnya ! Pokoknya miliki impian ! Pokoknya dengerin kaset ! Pokoknya hadir ke pertemuan ! Pokoknya undang orang ! Pokoknya presentasi ! Pokoknya ada nddak ada uang harus Tupo !”. Padahal, orang memiliki kemampuan yang beragam dalam ‘menerjemahkan’ dan ‘mencerna’ kalimat-kalimat ‘sakti’ itu.


Saya suka mengelus dada, melihat sekian banyak sahabat yang maksa-maksain diri tupo , bahkan memaksakan diri ikut “pelatihan” dengan biaya sampai jutaan rupiah , memaksakan diri beli buku-buku mahal, menghabiskan sekian banyak waktu dan tenaga untuk seminar, pertemuan, home meeting bla..bla..bla… (bahkan saking 'semangatnya' jadi terbiasa prospecting sampai dini hari dan pulang ke rumah jadi kalah cepat dibanding dengan penjaga mercusuar ... ;-o ) padahal semua itu belum mampu mereka lakukan dalam arti seringkali mereka harus menjual benda yang mereka miliki atau berhutang tanpa berpikir panjang darimana mereka bisa mengembalikan jika bisnis ini gagal.


Saya berharap, sekian banyak leader-leader sukses dapat meminimalisir unsur-unsur subjektifitas. Bukan rahasia lagi dimana sekian banyak dari mereka justru mendapat income yang besar dari ‘training motivasi’ dan seminar-seminar atau tool kit yang mereka jual. Tujuan dari sekian banyak seminar tentu saja tidak adil jika hanya untuk keuntungan penyelenggara saja sementara peserta seminar “terbakar semangatnya” untuk kemudian menjadi arang.

Ini jelas tidak benar. Ini jelas tidak baik.

Karena pendidikan dan pelatihan hendaknya dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, disesuaikan dengan kondisi unik masing-masing individu. Tidak semua orang bisa dididik dan dilatih untuk menjadi ‘Superman’.


Sebagai praktisi MLM, kita tentu saja berharap untuk MENJADI SESUATU. Akan tetapi menjadi atau tidak menjadi ( to be or not to be ) , hendaknya kita tidak boleh berhenti untuk tetap berusaha, tetap berbuat baik dan tetap berdoa.

Mari kita ber MLM ria dengan baik dan benar.

Tetaplah BERJUANG
Tetaplah BERBUAT lebih BAIK
Tetaplah BERDOA.

Semoga Bermanfaat.

Putu Djajadiwangsa
putudjajadiwangsa@gmail.com
+62 817 42 1691
http://www.likalikumlm.blogspot.com

Sabtu, 06 Februari 2010

Bahasa Tubuh


Bahasa tubuh dan intonasi jauh lebih penting daripada ‘semburan’ sekian banyak kata-kata yang tidak jelas juntrungannya.

Jika kurang yakin dengan apa yang sedang dikerjakan, maka ketidakyakinan itu akan terpancar dari tubuh dan dari intonasi saat berkata - kata.

Jika kurang yakin dengan bisnis yang sedang dikerjakan, maka tidak mengherankan jika tidak ada seorang pun yang mau bergabung dalam bisnis itu.

Untuk sukses dalam bidang apapun, seseorang harus terdengar, terlihat dan tentu saja harus dapat membuktikan bahwa Ia tahu percis apa yang sedang dilakukan. Kita tentu saja tidak akan mempertaruhkan sekian banyak waktu, tenaga dan materi yang sangat berharga, hanya untuk bergabung dengan seorang praktisi MLM yang berkata : “Saya sih ikut MLM iseng saja …kalau ada yang mau ikut iseng silahkan … kalau nddak juga nddak apa-apa” .

***

Kenyataan dilapangan mengatakan bahwa kebanyakan orang tidak peduli dengan apa yang kita kerjakan sampai mereka melihat bahwa apa yang kita kerjakan berpengaruh bagi mereka

Sebagai praktisi MLM, kita tidak bisa sekedar “menyemburkan” sekian banyak janji dan harapan tentang masa depan yang lebih baik bermodalkan 'marketing plan ajaib". Jika itu yang kita “jual” akan ada orang yang bertanya : "Anda sudah berapa lama ikut MLM ? Penghasilan Anda sekarang sudah berapa ?"

Meskipun telah 'kaya raya', mungkin akan ada orang kritis yang akan melanjutkan dengan pertanyaan : " Apakah Anda bisa menjamin bahwa saya pasti akan sukses seperti Anda ? Berapa lama ? Perlu modal berapa ? Apa yang harus saya lakukan ? Bagaimana kalau saya sudah melakukan percis seperti yang Anda sarankan namun kemudian gagal ? Apakah Anda akan bertanggung jawab untuk mengganti kerugian materi dan waktu yang telah saya korbankan ? Jaminan apa yang bisa Anda berikan jika saya kemudian gagal, padahal saya sudah melakukan percis seperti yang anda anjurkan ?"

***

Daripada ‘menyemburkan’ sekin banyak janji dan harapan yang tidak jelas juntrungannya, pada fase awal prospekting akan lebih aman kalau berbicara tentang produk yang didistribusikan. Benar, mungkin orang yang “ngejar bonus” tidak akan tertarik dengan produknya, mungkin mereka dengan tidak sabar akan segera bertanya tentang ‘marketing plan’ nya.

Tanpa dukungan produk yang REAL, sebuah marketing plan akan berubah menjadi sarana MONEY GAME. Tanpa dukungan produk yang REAL , marketing plan hanya akan indah sebatas di atas kertas. Tanpa dukungan produk yang REAL, jaringan yang terbentuk benar-benar hanya akan bergantung pada acara “motivasi kolosal” yang menampilkan sekian banyak leader yang sibuk memamerkan materi di depan sekian banyak member yang berteriak-teriak histeris, sambil bertepuk tangan dengan riuh rendah.


Peran produk dalam ber MLM ria sangatlah penting. Jika produknya bagus, bisnisnya akan jalan. Jika produknya bagus tapi bisnisnya tidak jalan, mungkin sangat layak untuk mempertanyakan kembali sejauh mana keyakinan akan apa yang dikerjakan. Produk sebagus apapun sangat sulit untuk dijual jika tidak memiliki KEYAKINAN.

KEYAKINAN pada suatu produk tidak muncul karena adanya sekian banyak promosi dan ajakan. Keyakinan pada suatu produk akan muncul dengan sendirinya ketika produk itu terbukti bermanfaat dan memuaskan ketika digunakan.

Tidak ada jalan pintas untuk sukses. Semua membutuhkan PROSES. Milikilah pengalaman nyata. Ceritakan apa yang benar-benar Anda suka. Tulislah dan sebarkan pengalaman NYATA Anda kepada orang - orang di sekitar Anda dan biarkan mereka melihat BUKTI NYATA cerita itu pada diri Anda sendiri.Sekali lagi, Ceritakanlah pengalaman Anda. Tuliskanlah pengalaman nyata.

Semakin banyak pengalaman nyata yang Anda peroleh, semakin banyak cerita dan tulisan yang Anda buat , maka Anda berpeluang besar untuk dapat meyakinkan sekian banyak prospek.

Ketika prospek dapat melihat bahasa tubuh anda yang meyakinkan dan mendengar intonasi Anda yang mencerminkan keyakinan Anda, maka pada saat itu Anda dalam posisi yang sangat baik untuk membuat bisnis ini berkembang sesuai dengan apa yang Anda harapkan.


Mari kita ber MLM ria dengan baik dan benar.

Tetaplah BERJUANG
Tetaplah BERBUAT lebih BAIK
Tetaplah BERDOA.

Semoga Bermanfaat.

Putu Djajadiwangsa
putudjajadiwangsa@gmail.com
+62 817 42 1691
http://www.likalikumlm.blogspot.com

Kamis, 04 Februari 2010

Anggap Saja ...


Anggap saja saat ini anda sedang semangat-semangatnya menjalankan bisnis MLM. Anggap saja saat ini anda sangat yakin dengan “marketing plan ajaip “ sehingga anda merasa layak untuk “bermimpi” bahwa kurang dari 5 lima) tahun anda bisa sukses dalam arti memiliki bonus “ratusan juta” per bulan, dan bisa membeli mobil dan rumah yang mewah seperti sekian banyak top leader yang sering kali anda lihat MEMAMERKAN semua itu di atas panggung di berbagai “seminar sukses” yang sering anda ikuti dengan penuh antusias ( Teriak-teriak, joget-joget, bertepuk tangan ….kemudian serentak berteriak : “Luaaarrrr biaasaaaa !!!” )

Anggap saja bahwa dengan “semangat” dan “keyakinan” itu dan dengan dukungan penuh dari sponsor Anda yang tidak henti-hentinya “mendorong” Anda, … kemudian anda mengajak sekian banyak saudara, sahabat dan relasi yang anda miliki untuk join dalam bisnis MLM yang Anda tekuni.

Anggap saja, karena Anda memiliki kemampuan dalam bidang menjual dan memiliki kemampuan untuk mengajak serta memiliki keterampilan dalam “memotivasi” orang lain , maka akhirnya anda “berhasil” mengajak sekian banyak saudara, sahabat dan relasi.untuk bergabung dengan anda dimana akhirnya merekapun memiliki keyakinan dan semangat yang tidak kalah besarnya dibanding Anda untuk bisa “sukses” dalam arti memiliki penghasilan “ratusan juta” per bulan, bisa jalan-jalan ke luar negeri kapanpun mereka mau, memiliki rumah dan mobil mewah. Financial freedom. Time freedom.

Anggap saja, selama 5 (lima) tahun sekian banyak saudara, sahabat dan relasi Anda kemudian berjuang dan rela mengeluarkan sekian banyak tenaga, pikiran, uang, keringat dan air mata untuk membangun bisnis MLM mereka …untuk meraih “impian” mereka …

…..
Mari kita lihat FAKTA nya …
…..

Apapun MLM nya, di manapun MLM itu berada, LEBIH DARI 99% orang yang bergabung di MLM itu TERBUKTI TIDAK BERHASIL mendapat bonus di atas 100 juta dan TIDAK BERHASIL mendapat mobil dan rumah mewah. Saya ulangi : “Orang yang mendapat bonus bulanan di atas Rp. 100 juta DAN mendapat rumah serta mobil mewah jumlahnya tidak lebih dari
1 % saja …”

***

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah : “Ketika sekian banyak saudara, sahabat dan relasi yang anda ajak kemudian GAGAL dalam meraih kesempatan financial di bisnis MLM yang anda tawarkan, kira – kira SIAPA YANG AKAN MEREKA SALAHKAN ?”

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah : “: “Ketika saudara, sahabat dan relasi yang anda ajak ber – MLM - ria kemudian GAGAL dalam arti tidak mendapat bonus yang lebih besar dari jumlah uang dan pengorbanan yang mereka keluarkan setelah bertahun – tahun, SIAPA YANG AKAN MEREKA SALAHKAN ?”

(Anda seharusnya berani untuk mengangkat tangan Anda …! )

***

Itu sebabnya, peran PRODUK dalam bisnis MLM menjadi sangat KRUSIAL. Ketika kita mendistribusikan produk yang BERKUALITAS dengan harga yang PANTAS. Tanpa rayuan. Tanpa mengumbar sekian banyak janji dan harapan. Dimana sekian banyak member merasa PUAS dengan produknya tanpa “menuntut” untuk menjadi kaya raya, maka kita akan tetap bisa menjaga hubungan baik dengan orang- orang disekeliling kita.

Anggap saja saat ini anda sedang semangat-semangatnya menjalankan bisnis MLM. Anggap saja saat ini anda sangat yakin dengan PRODUKNYA , sehingga anda merasa layak untuk berbagi manfaat produk itu kepada sekian banyak saudara, sahabat dan relasi.

Anggap saja bahwa dengan semangat, keyakinan dan MANFAAT NYATA dari produk itu kemudian anda mengajak sekian banyak saudara, sahabat dan relasi yang anda miliki untuk menjadi member di perusahaan MLM yang Anda tekuni agar mereka mendapat harga yang lebih baik dan agar mereka bisa menjual kembali produk-produk itu dengan margin yang signifikan.

Anggap saja, karena PRODUKNYA memang bagus dan bermanfaat akhirnya anda “berhasil” mengajak sekian banyak saudara, sahabat dan relasi.untuk bergabung dengan anda dimana akhirnya merekapun merasa puas atas manfaat produk yang mereka beli dengan harga yang pantas.

Anggap saja, selama 5 (lima) tahun sekian banyak saudara, sahabat dan relasi Anda kemudian tampak lebih sehat dan awet muda setelah mereka rajin menggunakan produk itu …

Pertanyaan yang muncul kemudian adalah : “Ketika sekian banyak saudara, sahabat dan relasi yang anda ajak kemudian GAGAL dalam meraih kesempatan financial di bisnis MLM , NAMUN BERHASIL memiliki kehidupan yang lebih sehat dan bisa tampil awet muda, KIRA – KIRA APAKAH MEREKA AKAN MENYALAHKAN ANDA ?”

***

Sebagai praktisi MLM, kita tidak mungkin bisa memastikan bahwa semua orang yang kita ajak pasti akan “kaya raya” dan pada FAKTANYA memang lebih dari 90% praktisi MLM tidak serta merta kaya raya dari bisnis ini. Sebagian besar malah tidak mendapat bonus sepeserpun.

Namun mesp
kipun demikian …

Sebagai distributor dari suatu produk, kita memiliki tanggung jawab penuh atas produk yang kita jual. Tanggung jawab itu bukan hanya kepada orang yang membeli produk itu, akan tetapi kita juga harus mempertanggungjawabkan segala aktifitas kita di hadapan Tuhan.

Jika PRODUKNYA bermanfaat dan dijual dengan harga yang pantas dan diperjual belikan dengan cara yang baik dan benar, sekecil apapun keuntungan materi yang kita terima mudah-mudahan menjadi rezeki yang halal dan membawa berkah.

Bahkan meskipun kita belum berhasil menjualnya dan belum berhasil mendapat bonusnya, namun ketika kita TELAH BERUSAHA dengan sungguh-sungguh, kita berharap, mudah-mudahan usaha yang telah kita perbuat dicatat sebagai “POIN” (Baca : Amal Baik) di hadapan Nya. Amin.

Mari kita ber MLM ria dengan baik dan benar.

Tetaplah BERJUANG
Tetaplah BERBUAT lebih BAIK
Tetaplah BERDOA.

Semoga Bermanfaat.

Putu Djajadiwangsa
putudjajadiwangsa@gmail.com
+62 817 42 1691
http://www.likalikumlm.blogspot.com