about me I

Jumat, 16 Desember 2011

Meninggalkan Zona Nyaman Demi MLM ?

Sekitar Medio tahun 1999, Up line saya, dalam sebuak seminar Multi Level Marketing (MLM) bercerita tentang kisah Iskandar Zulkarnaen dan pasukannya yang membakar seluruh kapal yang mereka miliki tepat sesaat setelah mendarat. Tujuan sang panglima perang sangat jelas : Menang dalam pertempuran .. atau .. mati ! Tak ada jalan keluar. Tak bisa kembali ke laut karena seluruh kapal telah terbakar menjadi arang.


Sedemikian berpengaruhnya cerita itu, sampai - sampai di kemudian hari beberapa teman saya banyak yang keluar kerja hanya untuk fokus ber MLM ria. Termasuk saya. Desember 1999  saya "Membakar" perahu saya. Saya meninggalkan Zona nyaman saya sebagai karyawan level menengah di sebuah perusahaan multinasional untuk terjun ke dunia wirausaha, dunia MLM.


*** 


Sekian banyak buku motivasi, sekian banyak motivator, selalu merekomendasikan untuk keluar dari zona nyaman. Meninggalkan zona nyaman.


Kalau saya pikir - pikir, pada saat saya bekerja di perusahaan dengan status karyawan pada saat itu, saya kurang apa sih ? Gaji cukup. Sampingan punya. Tidur di hotel tiap saat bisa. Makan di mana saja mampu. Pergi ke luar negeri sering. Mobil punya. Rumah ada. Itulah Zona nyaman yang saya tinggalkan saat itu untuk terjun ke dunia MLM.


Setelah hampir 1 tahun ber MLM ria, apa yang saya dapat ? Benar ! Saya meninggalkan zona nyaman saya. Saya kemudian berada di zona yang sangat tidak nyaman. Sangat tidak nyaman.


Bonus dari MLM nddak nyampe 10% dari gaji saya saat saya jadi karywan. Usaha sampingan hilang karena nddak punya 'jabatan', boro-boro tidur di hotel setiap saat, paling ke hotel seminggu sekali untuk seminar, itupun cuma dapet kopi doang. Makan di mana saja ? Ho..ho.ho .... mau makan kepiting saus tiram sama istri seminggu sekali saja mikirnya beribu - ribu kali.  :-) Saya berhasil KEHILANGAN kenyamanan yang selama ini saya punya.


*** 


Para leader MLM suka sekali ngompor - ngomporin membernya untuk meninggalkan pekerjaan mereka sebagai karyawan  : "Ngapain pergi pagi pulang petang tapi penghasilan pas - pasan ?  Ngapain punya banyak uang tapi nddak punya waktu luang ? Go Freedom ! Tinggalkan zona nyaman anda !"


So ....


Baju karyawan sudah ditanggalkan. Gaji tiap bulan sudah hilang. Bonus dari ber MLM ria tak kunjung datang. Tiap minggu mosti ikut seminar, mosti telpon sana - sini, mosti beli 'tool kit', mosti beli buku ini dan buku itu, mosti ketemu orang di cafe, mosti home sharing di rumah si anu, semua butuh biaya. Butuh duit ! Bener-bener bukan kehidupan yang nyaman.


Salah satu yang diharapkan dalam hidup ini adalah hidup yang nyaman. jadi, jika kenyamanan yang kita harapkan, mengapa harus ditinggalkan ? 


Meninggalkan zona nyaman demi MLM ?


Bukankah MLM bisa dikerjakan oleh siapa saja dan di mana saja ? Bisa dikerjakan oleh karyawan tanpa meninggalkan pekerjaan pokoknya sebagai karyawan ? Jika bisa dikerjakan tanpa meninggalkan pekerjaan pokok sebagai karyawan, kenapa harus meninggalkan pekerjaan yang sudah jelas untuk meraih sesuatu yang belum jelas ?


Seorang leader MLM yang sudah kaya raya bisa saja berkata : "Jangan mau jadi karyawan ! Janggan mau jadi orang gajian ! Ngapain pergi pagi pulang petang dan kehilangan banyak waktu luang dan terkurung di ruang beton selama lebih dari 8 jam sehari, 5 hari dalam seminggu, sepanjang bulan, sepanjang tahun ? Buat apa ?"


Seorang Karyawan menengah, bisa juga berkata : "Jangan mau ikutan MLM ! Jangan mau dikibulin sama up line ! Ngapain pergi seminar setiap minggu, wara - wiri ke sana kemari ngejar prospek hanya untuk jualan sabun sepanjang waktu ? Buat apa ?  Waktu luang akhirnya nddak dapat, penghasilan pun tidak jelas. Boro- boro bisa meraih financial freedom. Buat beli rokok aja ngecer !"


*** 
Jika kita sudah berada di dalam zona nyaman, menurut saya sih jangan ditinggalkan. Sudah nyaman kok malah ditinggalkan. Belum tentu yang "di luar sana" itu nyaman. Kecuali sudah tidak nyaman dengan kenyamanan yang ada.


Jika sudah nyaman sebagai distributor di perusahaan MLM, ya jangan ditinggalkan kenyamanan itu. Dipertahankan agar bonusnya makin besar, bisa menikmati waktu luang tanpa harus dipusingkan dengan tunggakan rekening listrik dan biaya sekolah anak-anak :-)


Jika sudah nyaman sebagai karyawan, ya jangan ditinggalkan kenyamanan itu. Dipertahankan agar prestasinya meningkat dan karirnya melesat. Kalau ingin mencoba mengembangkan MLM , kan bisa dikerjakan tanpa meninggalkan pekerjaan yang sudah jelas-jelas menghasilkan :-)


Jika saat ini tidak nyaman dalam posisi karyawan, percayalah, membangun bisnis MLM di tahun - tahun pertamapun jelas bukan pekerjaan yang nyaman kok.


Jika saat ini tidak nyaman dalam posisi sebagai distributor MLM, percayalah, sekian banyak karyawan yang pakai dasi dan ngantor di gedung bagus juga banyak yang bekerja dibawah tekanan dan jauh dari rasa nyaman kok.


Zona nyaman itu bukan untuk ditinggalkan. 


Kecuali ... 


kita sudah tidak merasa tidak nyaman dengan kenyamanan yang ada pada saat ini.


Semoga Bermanfaat.


Silahkan hubungi saya untuk berbagi cerita seputar lika-liku MLM.


Silahkan hubungi saya jika anda berminat untuk menerbitkan tulisan - tulisan saya menjadi sebuah buku :-)




putudjajadiwangsa@gmail.com
www.likalikumlm.blogspot.com